SI LALAT YANG KURANG BERSYUKUR

gambar : agus karianto
   
       Pagi itu, di bawah sebuah pohon nampak seekor lalat sedang bersedih. Berkali-kali ia terbang ke sana kemari sambil memperhatikan sekawanan lebah sedang mengumpulkan makanan pada bunga-bunga yang sedang mekar. Si lalat heran melihat cara para lebah mengumpulkan makanan sambil bernyanyi-nyanyi. Mereka bekerja dengan perasaan senang.
      Lebah-lebah itu saling bergantian hinggap pada sekuntum bunga yang mekar untuk mengisap madunya. Seluruh madu yang didapatkannya akan dikumpulkan di dalam sarang lebah.
       Siang itu, tiba-tiba ada seekor lebah nampak kelelahan. Saat mengumpulkan makanan tiba-tiba kepalanya pusing. Dia istirahat di bawah pohon. Ketika si lebah akan merebahkan diri dia terkejut ada seekor lalat menghampirinya. Si lebah berusaha terbang menjauh. Namun karena tubuhnya lelah maka sebagian makanan yang ada digenggaman tangannya jatuh dan menimpa tubuh si lalat. Si lalat terkejut mencoba menghindari kejatuhan makanan, tetapi terlambat makanan itupun menimpa tubuhnya. " Aduuuuhhh!!!" teriaknya. Makanan yang berupa cairan nectar itupun membuat sayapnya basah dan dia tidak bisa terbang. Si lalat mencoba membersihkan makanan berupa cairan nectar-nectar di sayapnya dengan mulutnya.
     "Heemm....nyam..nyamm..nyammm...." terdengar si lalat menikmati nectar yang menimpa tubuhnya. "Wuaahhh... ternyata rasa nectar ini enak sekali....manis ...pantas si lebah ramai-ramai mendatangi bunga yang sedang mekar itu," demikian pikir si lalat. Dan ketika nectar di tubuhnya telah habis, si lalat menghampiri si lebah.
       "Hoiii lebah....lancang sekali kamu tadi menjatuhi tubuhku dengan makanan yang kau bawa?!" bentak si lalat.
        "Lho ada apa tiba-tiba kamu memarahiku, Lalat?" tanya si lebah.
        "Eeee...kamu ini salah tapi mencoba pura-pura berlagak bodoh lagi! Memang si pelaku kesalahan selalu berusaha berlagak bodoh untuk menghindari tanggung jawab dari kesalahannya," jawab si lalat sambil berkacak pinggang di hadapan si lebah yang kelelahan tadi.
        "Sungguh aku tidak tahu kesalahanku, kawan!" kata si lebah.
        "Aku tadi sedang istirahat, tetapi kamu menjatuhkan makanan ke badanku? Itulah kesalahan fatalmu. Itu tidak sopan. Itu tidak punya aturan. Itu perbuatan dosa."
        "Wah, maaf kawan. Aku tidak sengaja. Tadi Badanku lelah. Aku teledor membawa makanan di genggaman tanganku, sehingga sebagian makanan terjatuh dan menimpa tubuhmu.. Maaf, ya ..."
        "Maaf..maaf...maaf...enak betul. Kamu mau lari dari tanggung jawab, ya? Tidak bisa!!! Aku mau minta ganti rugi...aku mau minta keadilan !" kata si lalat. "Aku bisa memaafkanmu asal kamu bisa memenuhi dua permintanku."
         Si lebah kebingungan dengan sikap si lalat. Memberi maaf kok ada syarat-syaratnya. Namun si lebah menuruti saja kemauan si lalat. karena dia tidak ingin terjadi pertengkaran dan dia bisa mendapatkan permintaan maaf si lalat, maka si lebah menyetujuinya.
        "Lalu apa kedua syaratnya itu, kawan ?" tanya si lebah.
        "Pertama, kamu harus menyerahkan semua makanan yang kamu bawa kepadaku."
         "Kemudian permintaanmu yang kedua apa, kawan?" kata si lebah.
         "Kamu harus menyerahkan dan memindahkan  sengatmu ke tubuhku," kata si lalat.
          Si lebah terkejut mendengar permintaan si lalat. "Ini mustahil bisa dilakukan," pikir si lebah.
Si lebah semakin kebingungan. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi permintaan si lalat. Memindahkan sengat ke tubuh si lalat adalah suatu perkara yang sulit dilakukan. Mustahil. Tidak akan pernah terjadi.
           "Hei...malah bengong dan terlalu banyak mikir. Ayo segera laksanakan permintaanku agar aku bisa memaafkanmu."
         Saat si lebah sedang kebingungan menghadapi persoalannya, tiba-tiba muncullah si kancil. Si lebah merasa senang dan gembira. Lalu dia menceritakan persoalannya serta berusaha meminta saran  si kancil untuk bisa menyelesaikannya.
         "Baiklah, kawan-kawan...saya mau berdo'a minta petunjuk Tuhan dahulu untuk menghadapi permasalahan kalian," kata si kancil. Lalu si kancil mulai berdo'a.
         Selesai berdo'a, lalu si kancil berkata kepada si lalat.
         "Memasang sengat si lebah ke tubuhmu memang perkara sulit. Kamu harus ikut membantu si lebah melakukannya. Oleh karena itu, sekarang kamu harus berada di tengah tanah lapang dengan posisi menungging. Kamu tidak boleh bergerak sedikitpun. Apapun yang terjadi kamu harus tetap dalam posisi menungging agar si lebah bisa memasang sengatnya ke tubuhmu. Bagaimana? Kamu siap?" kata si kancil kepada si lalat.
        "Baiklah....aku percaya kepadamu, Kancil!" kata si lalat lalu terbang ke tengah tanah lapang dan mulai mengambil posisi menungging.
         Si lebah semakin kebingungan. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Ada cara apa lagi dengan si Kancil dalam menyelesaikan persoalannya. Dan tidak lama kemudian si kancil membisiki si lebah untuk melakukannya pekerjaannya sesuai dengan sarannya. Si lebah nampak tersenyum mendengar bisikan si kancil. Lalu si lebah mulai terbang tinggi. Dan dengan kecepatan tinggi dia terbang menghampiri si lalat yang sudah mengambil posisi menungging.
         "Crabbbb....sreeettttt...."
         "Aduuuuuuuuhhhhh sakiiitttt...aduuuhhh...sakiiittttt...sakiiittt....!!" teriak si lalat sambil lari tunggang langgang merasakan sakit di pantatnya akibat disengat lebah.
         "Kasihan si lalat....akibat keserakahan dan kurang bersyukur dengan apa yang dimilikinya akhirnya menuai akibat dari perbuatannya sendiri. " kata si kancil sambil berjalan melanjutkan perjalanan.

                                                                      selesai


moral cerita : bersyukurlah dengan apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepadamu
                       jangan berusaha iri dengan apa yang telah dimiliki temanmu
                       Belum tentu apa yang dimiliki temanmu itu baik buat dirimu sendiri.




Related Posts

There is no other posts in this category.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel