Surat Yang Terlupakan
Raden Panji punya kebiasaan buruk.Ia sering melalaikan hal-hal penting. Patih Banyu Urip menjadi Khawatir memikirkan Kerajaan Gunung Wukir itu.
Suatu hari datang utusan Raja Urang Garing membawa sepucuk surat. Raden Panji meletakkan surat itu begitu saja di meja istana tanpa dibaca dulu. "Sampaikan kepada rajamu, aku akan segera membalas surat ini,"ujarnya singkat pada utusan itu.
Akan tetapi sampai beberapa hari surat itu tidak dibuka juga. Patih Banyu Urip berulang kali mengingatkan Raden Panji untuk segera membalas surat itu.
" Ah paling-paling isinya hanya indangan pesta, seperti surat-surat raja yang lain," begitu jawab Raden Panji.
Sebenarnya Patih Banyu Urip ingin membuka surat itu dan membaca isinya. namun, lancang namanya jika membuka surat itu tanpa seizin raja. ketika datang, wajah utusan Raja Urang Garing tampak serius. pasti surat itu penting, apalagi Raja Urang Garing bukanlah raja yang berbaik hati. pasti ada maksud yang jelek di dalam surat itu. begitu pikir Patih Banyu Urip.
Kecemasan Patih Banyu Urip menjadi kenyataan. disaat penduduk kerajaan Gunung Wukir sedang bersantai, pasukan Raja Urang Garing menyerbu. Pasukan Raden Panji yang tidak siap itu dengan mudah bisa dikalahkan. Kerajaan Gunung Wukirpun jatuh ke tangan Raja Urang Garing.
Untunglah Patih Banyu Urip selalu siaga. Ia berhasil menyelamatkan Raden Panji dan beberapa penghuni istana. mereka bersembunyi di ruang belakang rumah seorang penduduk. Patih Banyu Urip telah jauh-jauh hari menyiapkan tempat persembunyian itu.
Raden Panji terlihat sedih. "Patih, aku tidak mengira Raja Urang Garing akan menyerbu kita. mengapa mereka tidak mengirim surat tantangan dulu ?" keluh Raden Panji.
" Raden, surat yang dulu dibawa utusan Raja Urang Garing belum raden buka sama sekali.mungkin surat itu berisi pemberitahuan penyerbuan ini."
"Dimana surat itu sekarang, Patih?" tanya Raden Panji tegang.
" Ini Raden, saya mengambilnya dari meja Raden ketika penyerbuan terjadi." Patih Banyu Urip menyodorkan sepucuk surat yang belum terbuka. Raden Panji bergegas membaca isinya.
Raden Panji yang terhormat, saya ingin menantang anda untuk berperang. Segera jawab tantangan saya ini. Jika dalam waktu satu bulan tidak ada jawaban, berarti anda menerima tantangan ini.
Hormat saya, Raja Urang Garing.
Raden Panji lemas. semua ini terjadi akibat kelalaiannya. Padahal, sebagai raja, ia harus bertanggung jawab akan nasib kerajaannya. kini ia harus bekerja keras dan mencari siasat untuk mengambil alih kembali kerajaannya. dalam hati Raden Panji bersyukur, sebab masih ada Patih Banyu Urip yang setia disisinya.
Suatu hari datang utusan Raja Urang Garing membawa sepucuk surat. Raden Panji meletakkan surat itu begitu saja di meja istana tanpa dibaca dulu. "Sampaikan kepada rajamu, aku akan segera membalas surat ini,"ujarnya singkat pada utusan itu.
Akan tetapi sampai beberapa hari surat itu tidak dibuka juga. Patih Banyu Urip berulang kali mengingatkan Raden Panji untuk segera membalas surat itu.
" Ah paling-paling isinya hanya indangan pesta, seperti surat-surat raja yang lain," begitu jawab Raden Panji.
Sebenarnya Patih Banyu Urip ingin membuka surat itu dan membaca isinya. namun, lancang namanya jika membuka surat itu tanpa seizin raja. ketika datang, wajah utusan Raja Urang Garing tampak serius. pasti surat itu penting, apalagi Raja Urang Garing bukanlah raja yang berbaik hati. pasti ada maksud yang jelek di dalam surat itu. begitu pikir Patih Banyu Urip.
Kecemasan Patih Banyu Urip menjadi kenyataan. disaat penduduk kerajaan Gunung Wukir sedang bersantai, pasukan Raja Urang Garing menyerbu. Pasukan Raden Panji yang tidak siap itu dengan mudah bisa dikalahkan. Kerajaan Gunung Wukirpun jatuh ke tangan Raja Urang Garing.
Untunglah Patih Banyu Urip selalu siaga. Ia berhasil menyelamatkan Raden Panji dan beberapa penghuni istana. mereka bersembunyi di ruang belakang rumah seorang penduduk. Patih Banyu Urip telah jauh-jauh hari menyiapkan tempat persembunyian itu.
Raden Panji terlihat sedih. "Patih, aku tidak mengira Raja Urang Garing akan menyerbu kita. mengapa mereka tidak mengirim surat tantangan dulu ?" keluh Raden Panji.
" Raden, surat yang dulu dibawa utusan Raja Urang Garing belum raden buka sama sekali.mungkin surat itu berisi pemberitahuan penyerbuan ini."
"Dimana surat itu sekarang, Patih?" tanya Raden Panji tegang.
" Ini Raden, saya mengambilnya dari meja Raden ketika penyerbuan terjadi." Patih Banyu Urip menyodorkan sepucuk surat yang belum terbuka. Raden Panji bergegas membaca isinya.
Raden Panji yang terhormat, saya ingin menantang anda untuk berperang. Segera jawab tantangan saya ini. Jika dalam waktu satu bulan tidak ada jawaban, berarti anda menerima tantangan ini.
Hormat saya, Raja Urang Garing.
Raden Panji lemas. semua ini terjadi akibat kelalaiannya. Padahal, sebagai raja, ia harus bertanggung jawab akan nasib kerajaannya. kini ia harus bekerja keras dan mencari siasat untuk mengambil alih kembali kerajaannya. dalam hati Raden Panji bersyukur, sebab masih ada Patih Banyu Urip yang setia disisinya.